Jumat, 09 November 2007

UNAS?!?!?!?!

Kegelisahan UNAS

Rencana final pemerintah pusat untuk menambah materi ujian nasional (unas) tingkat sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah pertama (SMP) pada 2008 cukup memunculkan sorotan tajam di tengah masyarakat. Publik menganggap dan menyimpulkan bahwa pemerintah semakin hari tidak berperikemanusiaan serta tidak beradab. Karakter dan sikap politiknya tidak menunjukkan kepekaan politik yang populis.Unas dikehendaki supaya bisa menakut-nakuti para siswa. Bukan lagi memanusiakan para siswa.

Disadari maupun tidak, realitas tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. Sebab, selama ini ada tiga materi unas, yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Matematika. Pada 2008 mendatang tidak demikian. Untuk SMP, materi unas ditambah ilmu pengetahuan alam (IPA).

Di tingkat SMA, materi unas menjadi enam dengan penambahan berbeda-beda di kelas IPA dan ilmu pengetahuan sosial (IPS). Untuk IPA, akan ditambah fisika, biologi, dan kimia. IPS ditambah sosiologi, geografi, dan ekonomi. Sementara itu, sekolah menengah kejuruan (SMK) diperbolehkan menambah materi unas sesuai dengan spesialisasi yang ada di sekolah tersebut

Pertanyaannya, mampukah para siswa peserta unas tersebut mengerjakan sekian banyak penambahan materi unas pada 2008 sehingga bisa lulus dengan nilai baik serta memuaskan? Hal tersebut sangat mustahil dan sulit dicapai para siswa.

Merujuk pada pengalaman peserta unas 2007, mereka sangat kesulitan dan bahkan jarang lolos karena materi yang diujikan tidak berbanding lurus dengan materi yang didapat di sekolah.

Antara materi unas dan materi pelajaran saat di sekolah terlalu berbeda, baik dari segi isi maupun bentuk yang diujikan. Yang jelas, hal tersebut merupakan sebuah persoalan cukup pelik.

Hal itu juga dipertegas oleh kuatnya intervensi pemerintah pusat untuk menekan sekolah agar menuruti kepentingan dan kehendak pihak pusat (Jakarta). Diakui atau tidak, hal tersebut kian memperkeruh keadaan.

Bila tidak dituruti, sekolah akan mendapat sanksi tertentu dari pemerintah pusat. Ketika hal sedemikian itu sudah menimpa peserta unas 2007, jangan harap prestasi akademik siswa bisa beranjak konstruktif. Yang jelas, tiga materi unas sudah sangat membebani para siswa dengan sekian pernak-pernik pengalaman buruknya. Apalagi bila harus ada penambahan materi unas pada 2008.

Hal tersebut jelas akan memperparah kondisi dan situasi psikologis peserta unas 2008. Dengan demikian, hal itu bukannya kian memberikan ruang penyelesaian persoalan unas. Justru, permasalahan demi permasalan seputar unas akan menumpuk. Para siswa akan bertambah takut dan khawatir.

Jangan-jangan, mereka akan bernasib lebih buruk ketimbang peserta unas 2007. Yang pasti, hal itu akan muncul dan tebersit di benak pikir para siswa yang akan mengikuti unas 2008. Karena itu, tatkala pemeritah bertekad bulat dan berencana menambah materi-materi unas, masyarakat protes dan menolak keras.

Artinya, menambah materi unas pada 2008 kurang tepat. Sebab, para siswa belum dan tidak siap dengan hal tersebut. Itu bisa dicermati ketika hasil-hasil unas 2007 menelan banyak korban siswa yang tidak lolos. Mereka stres dan kemudian bunuh diri.

Win-Win Solution

Bila pemerintah pusat ingin segera memperbaiki kualitas pendidikan di tingkat SMP dan SMA sederajat, itu perlu diawali oleh pelaksanaan kurikulum pendidikan, seperti UU Sisdiknas No 20/2003 beserta anak turunannya secara tepat guna.

Juga, infrastruktur dan suprastruktur di sekolah harus dilengkapi dengan sedemikian rupa.

Saya yakin, bila kebutuhan sekolah maupun siswa sudah terpenuhi dengan sangat lengkap, para siswa pasti bisa belajar dengan kondusif dan nyaman. Itu akan menggaransi para siswa untuk menjadi siswa-siswa yang cerdas. Saat itu bisa dicapai sesuai target, jika pemerintah menambah materi unas, hal tersebut tidak menjadi permasalahan.

Sebab, antara materi yang didapat siswa selama mengikuti proses belajar mengajar dan materi ujian apa pun, baik unas maupun lainnya, sudah bisa bersenyawa. Dengan demikian, unas bukan lagi momok bagi para siswa. Unas justru disambut dengan tangan terbuka oleh para siswa.

Tidak ada komentar: